BERQURBAN ALA SOCRATES DAN
GALILEO GALILEI
(berkurban dalam pemaknaan substantif)*
Oleh : Minhadzul Abidin
(Mantan Ketua PP HIMAS 2007-2009)
PENDAHULUAN
Qurban merupakan integrasi ritual dari perjalanan Nabi Ibrahim beserta keluarganya, sejarah Awal Qurban sebenarnya sudah dimulai pada masa Nabi Adam AS, sebagaimana dijelaskan Oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27 : "Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!". Sampai pada zaman Nabi Ibrahim AS bermimpi (ruyal Haq). Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah malamnya di Mina, masih bermimpi yang sama juga. Betapa ujian Berat kepada Nabi Ibrahim as. Supaya menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang dijelaskan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102.
QURBAN merupakan ritual rutin yang cukup dramatis dan problematik. Dramatis, karena ritual ini konon diadopsi dari perilaku Ibrahim yang rela menyembelih Ismail sebagai bukti kecintaannya kepada sang Rabb. Sebagai wujud penghargaan terhadap perilaku bapak para nabi itulah, fenomena tersebut kemudian ditetapkan sebagai ritual rutin bagi umat Islam. Problematik, karena ritual ini mengundang banyak persoalan mendasar seputar proses pelaksaanaannya. Sebut, mengapa ungkapan cinta hanya dibuktikan satu kali dalam setahun? Mengapa harus berupa binatang-binatang tertentu? Mengapa harus dilakukan pada hari-hari tertentu? Jika dikatakan sebagai pengorbanan kepada Allah, mengapa sembelihan itu justru dipersembahkan kepada manusia? Apa bedanya dengan sesajian yang diberikan kepada pohon dan batu-batu seperti kepercayaan animisme? Beberapa pertanyaan ini dihadirkan bukan untuk dijawab secara implisit, tetapi sekadar untuk menghantarkan kepada sebuah kesadaran, bahwa dalam ritual ini terdapat kandungan substantif—maksud Allah—yang belum kita pahami secara utuh.
MAKNA SUBSTANTIF QURBAN
Sebenarnya konsep Qurban pemaknaannya tidak bisa kita eksklusifkan hanya pada tataran jumlah kambing atau hewan ternak lainnya yang kita kurbankan, tetapi pada hikmah lain yang sangat penting di balik syariat ibadah ber-udhiyah, yakni adanya keterkaitan yang sangat erat antara udhiyah (berqurban, menyembelih hewan qurban) dan tadhiyah (berkorban secara umum), baik secara bahasa maupun secara makna. Secara bahasa, udhiyah dan tadhiyah berasal dari kata dhahha yudhahhi yang berarti berqurban dan berkorban sekaligus. Adapun secara makna, ber-udhiyah adalah bagian dari tadhiyah, karena memang esensi dari ibadah qurban (ber-udhiyah) adalah pengorbanan itu sendiri.
Makna yang dapat diperoleh dari pemahaman terhadap konteks di atas adalah, bahwa pengorbanan yang sebenarnya dikehendaki Allah adalah mengorbankan sesuatu yang paling dicintai. Karena, kalau Allah menghendaki pengorbanan tersebut berupa binatang ternak, sebagaimana layaknya dilakukan oleh umat Islam saat ini, Allah tidak mungkin memerintahkan Ismail untuk dikorbankan dalam mimpi Ibrahim. Seekor domba yang besar hanya dijadikan sebagai badal, setelah kesetiaan dan cinta kasih Ibrahim terhadap Allahnya teruji. Selain itu pemaknaan memang bisa dimaknai seperti itu. Peristiwa itu bisa dimaknai sebagai pesan simbolik yang menunjukkan kepasrahan Nabi Ibrahim kepada Allah. Tapi penilaian yang lain mungkin bisa juga diungkapkan misalnya, apakah mungkin peristiwa penyembelihan itu dilakukan terhadap orang tertentu tanpa dilandasi kesalahan yang dia perbuat. Maksudnya ketika manusia sudah lupa dan sangat cinta kepada sesuatu dan mengalahkan cintanya kepada Rabb-nya.
KEBENARAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Kepasrahan dan keihklasan dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dan demi sebuah kebenaran. itulah inti yang diprioritaskan dalam berkurban, sejarah berkurban mungkin kita bisa kaitkan dengan semangat para intelektual karena demi mempertahankan kebenaran ilmu penegathuan mereka harus korbankan bukan hanya harta bahkan nyawa. Karena pada hakikatnya para inteletual tersebut adalah Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Dan seringkali berbenturan dengan dengan realitas social baik itu dengan kepentingan penguasa atau teks kitab suci yang sengaja di intrepretasikan sesuai dengan kepetingan kaum kaum agamawan yang mencoba mengeskploitasi kitab suci.
lmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya sendiri. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Tentu saja kemampuan manusia ini tidak diperoleh begitu saja. Melalui pengalaman, pendidikan, lambat laun manusia memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang terjadi di liongkungannya. Namun manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah didapatnya. Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya apa ini, apa itu, bagaimana ini, bagaimana itu, mengapa begini, mengapa begitu. Pertanyaan – pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan yang muncul , makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan –pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya.
Untuk apa sebenarnya manusia bertanya-tanya dan mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut? Semua itu dilakukan karena manusia ingin mencari kebenaran. Jika ternyata bahwa pengertiannya atau pengetahuannya itu sesuai dengan hal yang diketahuinya, maka dikatakan orang bahwa pengetahuannya itu benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Namun kebenaran itu ternyata tidak abadi. Artinya sesuatu yang pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak benar. Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin mendapatkan sesuatu yang baru.
BERQURBAN ALA INTELEKTUAL
Socrates dalam sejarahnya banyak menemukan pertentangan sehingga demi sebuah kebanran ilmu pengatahuan Socrates menjalani hukuman matinya sendiri dengan minum racun yang disodorkan kepadanya. Socrates dihukum mati atas tuduhan bahwa ia tidak bertanggunjawab dan 'korup'. Menurut beberapa penulis, Socrates dihukum mati , adalah disebabkan oleh aliran fikiran yang dianut dan disebarkannya. Falsahnya bertolak belakang dengan pemikiran dan tradisi saat itu. Socrates dituduh melecehkan Allah dan tradisi kepercayan. Misalnya, Socrates menganjurkan, bahwa adalah
perlu untuk berbuat menurut apa yang dianggap benar, meskipun hal itu berlawanan dengan oposisi universal, dan bahwa adalah perlu untuk menuntut ilmu meskipun hal itu mendapat tantangan. Meskipun Socrates mengaku bahwa yang diketahuinya adalah bahwa ia 'tak tahu apa-apa',
namun, ia menganggap bahwa dengan mempetanyakan segala sesuatu, yaitu suatu sistim mencari kebenaran dengan cara berdialog, cara yang
kemudian dikatakan sebagai cara dialektis, maka orang akhirnya akan mencapai kebenaran. Mempertanyakan dan mempersoalkan segala sesuatu yang dianggap benar ketika itu, teristimewa oleh penguasa, itu adalah suatu tantangan dan kejahatan tingkat 'berat' yang ketika itu diganjar dengan hukuman mati. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melaluipembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepaAllahnya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.
Lain lagi dengan cerita Galileo Galilei setelah melakukan riset, akhirnya berhasil menyempurnakan teropong bintangnya. Dengan menggunakan teropong tersebut, Galileo berhasil mengamati pergerakan benda-benda luar langit. dan berpendapat bahwa bumi itu bulat, bukan datar seperti yang dipahami gereja pada waktu itu.
Karya-karyanya antara lain adalah penyempurnaan teleskop, berbagai observasi astronomi, dan hukum gerak pertama dan kedua. Selain itu, Galileo juga dikenal sebagai seorang pendukung Copernicus.
Pada 19 Januari 1616, Galileo membuat dua statemen:
(1) Matahari adalah pusat galaksi dan
(2) Bumi bukanlah pusat tata surya.
Pendapat Galileo dan dukungannya terhadap teori Copernicus menyebabkan dia berhadapan dengan kalangan gereja yang menentangnya habis-habisan karena dia telah menghina keyakinan yang sudah berkembang ketika itu seputar wahyu ilahi di dalam Injil yang mengatakan bahwa bumi datar dan bumi adalah pusat tata surya
Hal itu dilakukan untuk mempertahankan hegemoni kekuasaan Gereja yang mempunyai doktrin Infallibility (tidak pernah salah) karena merupakan wakil Kristus di muka bumi. Sampai abad ke-17, Gereja masih tetap berusaha mempertahankan posisi hegemoninya, sehingga berbagai hal yang dapat menggoyahkan otoritas dan legitimasi Gereja, dianggap sebagai heresy (kafir) dan dihadapkan ke Mahkamah Inquisisi.
Pertentangan gereja ini mencapai puncaknya di tahun 1616, sehingga pada 24 Februari 1616, sekelompok pakar teologi yang dibentuk oleh Tahta Suci Vatikan (Holy Office) menyatakan, bahwa teori Galileo itu bertentangan dengan Bible. Maka, Paus Paul V, meminta Kardinal Bellarmine untuk memperingatkan Galileo dan melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.
Perkembangan selanjutnya adalah masyarakat Eropa mulai tersadar, bahwa selama ini mereka dibohongi oleh gereja dengan segala bentuk teori dan pahamnya tersebut. Sehingga mengakibatkan sentimen dan anti gereja meluas dikalangan masarakat Eropa.
Tahun 1632 Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena, dilanjutkan dengan ancaman hukuman mati pada tahun 1633 oleh Mahkamah Inkuisisi (Inquisisi), yaitu Dewan Peradilan Gereja Katolik Roma yang berwenang menghukum para pembangkang dengan hukuman mati, dirajam atau dibakar. Galileo diajukan ke pengadilan gereja Italia pada 22 Juni 1633. Selanjutnya pada Disember 1633, Galileo dipindahkan ke Arcetri
Di depan Mahkamah Inkuisisi, Galileo keyakinannya tidak goyah hanya pura-pura 'bertobat; dan berjanji tidak akan menyebarkan lagi teori heliosentrisnya itu. Di depan Mahkamah Gereja itu, Galileo menyatakan akan menghapus semua opini yang salah, bahwa matahari adalah pusat dari jagad raya dan tidak bergerak, dan bahwa bumi bukanlah pusat jagad raya dan bergerak. Ia berjanji tidak akan mempertahankan atau mengajarkan doktrin yang salah tersebut, dalam bentuk apa pun, secara verbal atau melalui tulisan.
Pada akhir pernyataan itu ditambahkannya dengan suara berbisik, "Bagaimanapun ia toh tetap bergerak juga." Yang ia maksudkan dengan ia ialah bumi tempatnya berpijak.
Galileo akhirnya tidak dijebloskan ke dalam penjara tetapi sekedar kena tahanan rumah di Arcetri. Pada tanggal 8 Januari 1642, Galileo wafat di Arcetri saat ditemani oleh Vincenzo Viviani, salah seorang muridnya
Sikap gereja yang kaku itu telah menimbulkan tuduhan bahwa agama menjadi penghalang bagi kemerdekaan berpikir dan kemajuan ilmu, sehingga munculah ide dan pendapat perlunya pemisahan Agama dan Ilmu pengetahuan akibat traumanya masyarakat barat dengan otoritas gereja pada saat itu hingga berlanjut sampai saat ini.
Hal tersebut tidak akan terjadi jika adanya korelasi yang sejalan antara kitab suci dengan Ilmu pengetahuan.
Generasi berikutnya amat beralasan mengagumi Galileo sebagai lambang pemberontakan terhadap dogma dan kekuasaan otoriter yang mencoba membelenggu kemerdekaan berfikir. Arti pentingnya yang lebih menonjol lagi adalah peranan yang dimainkannya dalam hal meletakkan dasar-dasar metode ilmu pengetahuan modern
Akhirnya pada tahun 1992, yaitu setelah 359 tahun kecaman kepada Galileo dilontarkan oleh pihak gereja, maka gereja Katolik Roma secara resmi mengakui telah melakukan kesalahan terhadap Galileo Gelilei dan Paus Yohanes Paulus II sendiri telah merehabilitasinya.
Rehabilitasi diberikan setelah Paus Paulus menerima hasil studi komisi Akademis Ilmu Pengetahuan Kepausan yang dia bentuk 13 tahun sebelumnya dengan tugas menyelidiki kasus itu. Komisi ini memberitahukan, anggota Inkuisisi yang mengecam Galileo telah berbuat kesalahan. Mereka menetapkan keputusan secara subjektif dan membebankan banyak perasaan sakit pada ilmuwan yang kini dipandang sebagai bapak Fisika Eksperimental itu.
PENUTUP
Mungkin menjadi gambaran bagi kita bahwa berkurban tidak selamanya berkaitan dengan berapa jumlah hewan ternak yang kita kurbankan atau romatisme sejarah Nabi Ibrahim, tetapi ada hal yang lebih penting tentang pemaknaan qurban sebenarnya., Socrates dan Galileo dan Galilei telah membuktikan kepasrahan dan ketundukan terhadap kebenaran, saya yakin kebenraran yang dimaksud adalah kebenaran yang mutlak Allah SWT, dengan menyerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk kebenaran ilmu pengetahuan.
Dan berkurban harus menjadi peringatan bagi umat manusia jangan sampai lupa dan terlalu bangga dan cinta dengan kenikmatan yang ada di dunia, kurban adalah pembebasan dari penjara kenikmatan yang membuat lupa terhadap Allahnya dan kasih saying sesama manusia.
SELAMAT HARI RAYA QURBAN 1430 H. SEMOGA KITA MEMAHAMI BAHWA DENGAN QURBAN ALLAH TIDAK MAU CINTANYA TERBELAH DUA.
*Dari berbagai sumber